Rabu, 02 Maret 2011

REFERENSIA

REFERENSIA

Minggu, 20 Februari 2011

Islamofobia dan Anti Amerikanisme












Judul : Masa Depan Islam

Penulis : John L. Esposito

Penerbit : Mizan

Terbit : Desember 2010

Tebal : 343 halaman


Islamofobia dan Anti Amerikanisme
Oleh: Moh. Tarib*
Islam kini tidak hanya menjadi sebuah keyakinan yang mengilhami kesalehan pribadi dan menyuguhkan makna serta pedoman bagi kehidupan saat ini maupun nanti. Islam juga menjadi ideologi pandangan dunia yang menginformasikan politik dan masyarakat Muslim. Islam selalu menjadi sorotan yang fenomenal dalam kaca mata Barat (baca: Eropa, Amerika Serikat) khsusnya ketika dikaitkan dengan terorisme, Islam radikal dan fundamentalis. Kecuriagaan, tuduhan dan ancaman terhadap masyarakat Muslim kian memanas semenjak tragedi 11 September 2001. Seperti yang dilansir Washington Post pada tahun 2006 bahwa hampir separuh penduduk Amerika (46%) berpandangan negatif terhadap Islam.
Tudingan negatif terhadap Islam, di Negara Eropa seperti Inggris berkisar 63 persen, 87 persen di Prancis dan 88 persennya lagi di Belanda. Kemerosotan citra Islam di belahan dunia berdampak pada eksistensi masyarakat Muslim yang berdomisili di Negara-negara anti Islam. Umat Muslim selalu diawasai dengan ketat. Ruang geraknya dibatasi dan yang paling menyedihkan adalah mereka di perlakukan secara anarkis.
Terlepas dari tudingan yang di lontarkan oleh oknum atau kelompok dari Negara Barat yang risih ketika mendengar sebutan Islam. Di sini John L. Esposito, seorang Profesor Hubungan Internasional dan Kajian Islam di Georgetown University. Melalui bukunya ini Esposito berusaha menghapus stereotip negatif dan memberi ulasan yang mencerahkan tentang Islam.
Konflik yang berkepanjangan antara umat Islam dan Barat hingga saat ini belum tuntas, sebenarnya dipicu oleh arogansi kedua belah pihak (Islam-Barat). Pemicu konflik tersebut diperankan oleh kelompok Islam ekstrim-eksklusif yang selalu tumbuh dalam pikiran bawah sadar mereka, bahwasanya Negara seperti Amerika, Israel dan sekutunya merupakan komplotan penjajah yang mengikis nilai-nilai keislaman, menjajah perekonomian dan mau menang sendiri. Sehingga kelompok Islam model ini menyimpan kebencian yang sangat dalam terhadap Amerika dan sekutunya, kemudian dilampiaskan dalam bentuk perlawanan atau aksi terorisme dan bom bunuh diri. Eksklusivisme keagamaan seperti Wahabi atau Salafi jelas menolak pluralisme dan toleransi keagamaan. Baik itu umat Muslim khususnya Syiah apalagi non Muslim. Menurut Esposito teologi Wahabi sebenarnya tidak kasar, namun pandangan dunianya seperti pandangan dunia para pendeta Christian Right yang radikal, yang berpeluang untuk ekstrimisme dan kekerasan. Pandangan Islam seperti ini diperankan oleh teroris global: Osama bin Laden dan Ayman Al-Zawahiri.
Pasca serangan 11 September, ketika pemerintahan Presiden Bush. Bush mengambil kebijakan perang melawan terorisme global, bukan melawan Islam. Namun kebijakan tersebut hanya formalitas. Pasalnya kebijakan melawan terorisme global ternyata diselewengkan. Orang-orang Islam ditahan dan dihukukm, ruang gerak masyarakat sipil Muslim mulai dikikis dan dibatasi. Standar ganda Amerika dalam menyokong prinsip dan nilai dasarnya, seperti demokrasi, politik partispasi dan HAM. Ketika bersinggungan dengan dunia Muslim, maka Amerika memberlakukannya secara selektif. Hanya beberapa Negara Muslim yang oleh Amerika mendapat sokongan dengan maksud tertentu. Tuduhan senjata pemusnah massal yang dimiliki Irak ternyata tidak terbukti. Tuduhan tersebut tidak lain agar Irak bisa menerima demokrasi yang ujungnya Saddam Hussein digulingkan dari jabatannya.
Buku yang berjudul Masa Depan Islam Antara Tantangan Kemajemukan dan Benturan dengan Barat ini sangat apresiatif dan komprehensip dalam mengkritisi antara Islam dan persinggungannya dengan Barat khususnya Amerika. Mengingat masa depan Islam-Barat tetap merupakan isu penting dalam politik dan keagamaan pada abad ke-21 ini.. Masa depan Islam dan Barat bergantung pada kerjasama demi pemerintahan yang baik, saling menghormati termasuk dalam menahan dan menyinkirkan provokator serta teroris yang mengancam hubungan dunia internasional.

*Moh. Tarib adalah mahasiswa Tafsir Hadits, Fakultas Ushuluddin, Studi Agama dan Pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Selasa, 19 Oktober 2010

Senin, 18 Oktober 2010

SEJARAH PERKEMBANGAN TAFSIR ERA PERTENGAHAN

Oleh: Moh.Tarib
PENDAHULUAN
            Kajian sejarah tafsir dikalangan sarjana muslim dimulai oleh Imam As-Suyuti dengan karyannya Thabaqat al- Mufassirin. Kemudiaan dilanjutkan oleh sarjana Barat, Ignaz Goldziher dengan tulisannya yang berjudul Madzahib at-Tafsir al-Islami.  Dari kalangan muslim berikutnya adalah Muhammad Husain adz-Dzahabi dalam at-Tafsir wal Mufassirun. Dari karya-karya tersebut  kita dapat mengambil informasi tentang sejarah perkembangan tafsir, walaupun karya-karya itu  perlu dikritisi lebih lanjut.
            Khazanah tafsir al-Qur’an dari masa kemasa selalu mengalami perkembangan dan perubahan serta memiliki karakteristik dan corak yang unik sehingga ada nuansa yang berbeda. Hal demikian tidak lepas dari faktor sejarah, politik dan perkembangan ilmu pengetahuan pada saat itu.
            Dalam makalah ini dirumuskan beberapa permsalahan yang terkait dengan permasakahan diatas , yaitu: Bagaimana perkembangan Tafsir Era Pertengahan, dan apa saja corak serta karakteristik penafsiran pada saat itu?

PEMBAHASAN
Tinjauan Historis                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                              
Era pertengahan merupakan zaman keemasan dalam sejarah peradaban Islam dimana ilmu pengetahuan berkembang pesat seiring dengan masuknya cabang ilmu pengetahuan yang berasal dari luar (baca : Yunani, Eropa) seperti Filsafat dan cabang ilmu yang lain. Filsafat memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap tokoh-tokoh muslim sehingga bersentuhan dengan cabang ilmu keislaman sendiri seperti fiqh, tasawuf, kalam baik dalam hal dinamika.
Pada pemerintahan Daulah Abbasiyah perkembangan peradaban manusia khususnya ilmu pengetahuan mendapat perhatian yang serius oleh pemerintah. Perhatian pemerintah terhadap kemajuan ilmu pengetahuan diwujudkan dengan penerjemahan buku-buku ilmiah atau pengiriman delegasi ilmiah ke pusat-pusat ilmu pengetahuan dunia yang terkenal, maupun dibukakannya forum-forum ilmiah terbuka yang dihadiri oleh seluruh ilmuwan.[1]
     
            Forum dialog antar ilmuwan ini memicu arogansi keilmuwan yang mengantarkan pada  perdebatan yang berakhir dengan saling mendiskreditkan satu sama lain. Kelompok mutakallimin  adu argimentsi dengan penggemar filsafat, antar ahli kalam dengan ahli hadits. Yang lebih tragis lagi adalah perdebatan yang berakhir dengan pembunuhan. Contoh Pereselisihan yang terjadi diantara ulama sunni mayoritas  dengan kaum rasionalis (Ahl al-Ra’y)  minoritas memunculkan perlawanan dengan cara kekerasan serta luapan kemarahan  hingga terjadi luapan darah.[2]  
Goldziher mengatakan bahwa : Terjadinya perselisihan dalam  penafsiran ternyata tidak hanya melibatkan para ulama saja, naumn juga, orang-orang bodoh, hingga partai-partai dan golongan-golongan yang perselisihannya menyebabkan pembunuhan dan pemenggalan. Para pengikut fanatis Hanbali memprovokasi emosi khalayak untuk berpaling dari para pembaharu yang membuat ragu-ragu dalam agama dan terjerumus dalam konflik teologis.

Jumat, 09 Juli 2010

NABI MUHAMMAD DALAM PERSPEKTIF GIBB

A.PENDAHULUAN

Studi Islam tidak hanya digeluti oleh sarjana-sarjana muslim saja, baik yang konsen terhadap kajian Islam normatif atau Islam historis sampai era saat ini para sarjana Barat juga ikut andil untuk mengkajinya. Sebagian besar fokus kajian yang mereka lakukan lebih condong pada kajian Islam historisnya. Banyak karya ilmuwan Barat yang menuliskan tentang sejarah Islam, sejarah Nabi Muhammad, juga karya yang mereka hasilkan adalah terjemah al-Quran kedalam bahasa mereka. Hasil karya mereka tidak lepas dari latar belakang, metode, dan pendekatan yang mereka gunakan, sehingga hasilnyapun berbeda-beda.
Dalam makalah ini penulis akan menyuguhkan tentang pendapat orientalis terhadap Nabi Muhammad. Walaupun anggapan umum ummat Islam terhadap Barat masih ada yang curiga bahkan mengklaim kajian yang dilakukan Barat tidak lain hanyalah untuk mengotori Islam. Prasangka ataupun tuduhan semacam itu perlu ditinjau ulang. Untuk melihat dan membuktikan penilaian orientalis tengtang Islam Khususnya Nabi Muhammad, maka dalam makalah ini akan mengangkat beberapa tokoh orientalis tentang Muhammad.

Minggu, 13 Juni 2010

Demam Berasal dari Serpihan Neraka Jahannam



A. Takhrij hadis
Terkait dengan hadis tentang demam berasal dari serpihan neraka jahannam. Dalam melakukan tahrij, penulis menggunakan Software Mausu’ah  dengan metode tahrij bil alfadz wa al maudhu’. Sehingga ditemukan 6 periwayat dengan variasi sanad dan matan yang sedikit berbeda. Berikut adalah hadis yang ditemukan dalam Shahih Bukhori, Muslim, Sunan Tirmidzi, Ibn Majah, Musnad Ahmad dan  Sunan Addarami:
a. Shahih Bukhori[1]
(3023) حدثنا مالك بن إسماعيل حدثنا زهير حدثنا هشام عن عروة عن عائشة رضي الله عنها
 : عن النبي صلى الله عليه و سلم قال ( الحمى من فيح جهنم فابردوها بالماء )
b. Shahih Muslim[2]
(4097)حدثنا أبو بكر بن شيبة وأبو كريب قالا حدثنا ابن نمير عن هشام عن أبيه عن عائشة
 : أن رسول الله صلى الله عليه و سلم قال الحمى من فيح جهنم فابردوها بالماء

c. Sunan Tirmidzi[3]
(1999)حَدَّثَنَا هَنَّادٌ حَدَّثَنَا أَبُو الأَحْوَصِ عَنْ سَعِيدِ بْنِ مَسْرُوقٍ عَنْ عَبَايَةَ بْنِ رِفَاعَةَ عَنْ جَدِّهِ رَافِعِ بْنِ خَدِيجٍ عَنِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « الْحُمَّى فَوْرٌ مِنَ النَّارِ فَأَبْرِدُوهَا بِالْمَاءِ ». قَالَ أَبُو عِيسَى وَفِى الْبَابِ عَنْ أَسْمَاءَ بِنْتِ أَبِى بَكْرٍ وَابْنِ عُمَرَ وَامْرَأَةِ الزُّبَيْرِ وَعَائِشَةَ وَابْنِ عَبَّاسٍ.
d. Sunan Ibn Majah[4]
 (3462)حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِى شَيْبَةَ حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ نُمَيْرٍ عَنْ هِشَامِ بْنِ عُرْوَةَ عَنْ أَبِيهِ عَنْ عَائِشَةَ أَنَّ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « إِنَّ الْحُمَّى مِنْ فَيْحِ جَهَنَّمَ فَابْرُدُوهَا بِالْمَاءِ ».
e. Musnad Ahmad[5]
f. Sunan Ad Darami[6]
 (2650) أَخْبَرَنَا مُحَمَّدُ بْنُ يُوسُفَ عَنْ سُفْيَانَ عَنْ أَبِيهِ عَنْ عَبَايَةَ بْنِ رِفَاعَةَ عَنْ رَافِعِ بْنِ خَدِيجٍ قَالَ قَالَ
رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- :« الْحُمَّى مِنْ فَيْحِ جَهَنَّمَ أَوْ مِنْ فَوْرِ جَهَنَّمَ ، فَأَبْرِدُوهَا بِالْمَاءِ »
B. Kritik sanad