Kamis, 31 Desember 2009

Sejarah Ilmu Tajwid


Oleh: Moh. Tarib
A.     Pendahuluan
         Al-Quran sebagai kitab suci rahmatan lil ‘alamin, rahmat bagi seluruh alam yang didalamnya mengandung berbagai macam ilmu, hukum, teologi, sosial, dan sebgainya. Untuk itu perlu mengetahui dan memahami perbedaan bacaan al-quran serta implikasinya terhadap makna dari lafal itu sendiri.
Al-Quran disamping dipelajari untuk memahami makna atau pesan dibalik teks. Maka untuk mendapatkan makna yang sesuai dengan Al-Quran perlu memahami qiraat dan cara membaca Al-Quran dengan benar, cara membaca Al-Quran dengan baik dan benar bisa dipelajari dengan ilmu tajwid.

B.     Pembahasan

1.      Sejarah ilmu tajwid
      Jika dibincangkan kapan bermulanya ilmu Tajwid, maka kenyataan menunjukkan bahwa ilmu ini telah bermula sejak dari al-Quran itu diturunkan kepada Rasulullah SAW . Ini kerana Rasulullah SAW sendiri diperintah untuk membaca al-Quran dengan tajwid dan tartil seperti yang disebut dalam ayat 4, surah al-Muzammil وَرَتِّلِ الْقُرْآَنَ تَرْتِيلًا     ……
 ".....Bacalah al-Quran itu dengan tartil(perlahan-lahan)." Kemudian baginda Saw mengajar ayat-ayat tersebut kepada para sahabat dengan bacaan yang tartil.
Sayyidina Ali r.a apabila ditanya tentang apakah maksud bacaan al-Quran secara tartil itu, maka beliau menjawab" adalah membaguskan sebutan atau pelafalan bacaan pada setiap huruf dan berhenti pada tempat yang betul”.
Ini menunjukkan bahwa pembacaan al-Quran bukanlah suatu ilmu hasil dari Ijtihad (fatwa) para ulama' yang diolah berdasarkan dalil-dalil dari al-Quran dan Sunnah, tetapi pembacaan al-Quran adalah suatu yang Taufiqi (diambil terus) melalui riwayat dari sumbernya yang asal yaitu sebutan dan bacaan Rasulullah Saw.

Ritual

GUNUNG KEMUKUS
Review Film Ritual Gunung Kemukus
Oleh: Moh. Tarib

Mitos Pangeran Samodro
Menurut Purwadi Suriadiredja staf pengajar di Jurusan Antropologi, Fakultas Sastra, Universitas Udayana, Denpasar, Bali. Bahwa Kegiatan seksual di Gunung Kemukus selalu berkaitan dengan kepercayaan yang berhubungan dengan mitos Pangeran Samodro yang ada dalam masyarakat sekitar gunung tersebut. Ada beberapa versi tentang mitos Pangeran Samodro ini yang masing-masing mempunyai kepentingan sebagai alasan pembenar dalam mencapai tujuan, yaitu versi pemerintah daerah setempat, versi peziarah dan versi penduduk setempat. Berdasarkan pertimbangan bahwa versi pemerintah daerah setempat ‘sering dimuati unsur politis’, maka hanya akan dikemukakan secara ringkas versi peziarah dan versi penduduk setempat saja.

Senin, 28 Desember 2009

Lounching

aku sengaja buat blog referensi dengan maksud memberi kemudahan temen2 dalam mencari data dengn catatan kalau tulisan-ku ini cocok, suka-tidak suka coba dibaca