Minggu, 20 Februari 2011

Islamofobia dan Anti Amerikanisme












Judul : Masa Depan Islam

Penulis : John L. Esposito

Penerbit : Mizan

Terbit : Desember 2010

Tebal : 343 halaman


Islamofobia dan Anti Amerikanisme
Oleh: Moh. Tarib*
Islam kini tidak hanya menjadi sebuah keyakinan yang mengilhami kesalehan pribadi dan menyuguhkan makna serta pedoman bagi kehidupan saat ini maupun nanti. Islam juga menjadi ideologi pandangan dunia yang menginformasikan politik dan masyarakat Muslim. Islam selalu menjadi sorotan yang fenomenal dalam kaca mata Barat (baca: Eropa, Amerika Serikat) khsusnya ketika dikaitkan dengan terorisme, Islam radikal dan fundamentalis. Kecuriagaan, tuduhan dan ancaman terhadap masyarakat Muslim kian memanas semenjak tragedi 11 September 2001. Seperti yang dilansir Washington Post pada tahun 2006 bahwa hampir separuh penduduk Amerika (46%) berpandangan negatif terhadap Islam.
Tudingan negatif terhadap Islam, di Negara Eropa seperti Inggris berkisar 63 persen, 87 persen di Prancis dan 88 persennya lagi di Belanda. Kemerosotan citra Islam di belahan dunia berdampak pada eksistensi masyarakat Muslim yang berdomisili di Negara-negara anti Islam. Umat Muslim selalu diawasai dengan ketat. Ruang geraknya dibatasi dan yang paling menyedihkan adalah mereka di perlakukan secara anarkis.
Terlepas dari tudingan yang di lontarkan oleh oknum atau kelompok dari Negara Barat yang risih ketika mendengar sebutan Islam. Di sini John L. Esposito, seorang Profesor Hubungan Internasional dan Kajian Islam di Georgetown University. Melalui bukunya ini Esposito berusaha menghapus stereotip negatif dan memberi ulasan yang mencerahkan tentang Islam.
Konflik yang berkepanjangan antara umat Islam dan Barat hingga saat ini belum tuntas, sebenarnya dipicu oleh arogansi kedua belah pihak (Islam-Barat). Pemicu konflik tersebut diperankan oleh kelompok Islam ekstrim-eksklusif yang selalu tumbuh dalam pikiran bawah sadar mereka, bahwasanya Negara seperti Amerika, Israel dan sekutunya merupakan komplotan penjajah yang mengikis nilai-nilai keislaman, menjajah perekonomian dan mau menang sendiri. Sehingga kelompok Islam model ini menyimpan kebencian yang sangat dalam terhadap Amerika dan sekutunya, kemudian dilampiaskan dalam bentuk perlawanan atau aksi terorisme dan bom bunuh diri. Eksklusivisme keagamaan seperti Wahabi atau Salafi jelas menolak pluralisme dan toleransi keagamaan. Baik itu umat Muslim khususnya Syiah apalagi non Muslim. Menurut Esposito teologi Wahabi sebenarnya tidak kasar, namun pandangan dunianya seperti pandangan dunia para pendeta Christian Right yang radikal, yang berpeluang untuk ekstrimisme dan kekerasan. Pandangan Islam seperti ini diperankan oleh teroris global: Osama bin Laden dan Ayman Al-Zawahiri.
Pasca serangan 11 September, ketika pemerintahan Presiden Bush. Bush mengambil kebijakan perang melawan terorisme global, bukan melawan Islam. Namun kebijakan tersebut hanya formalitas. Pasalnya kebijakan melawan terorisme global ternyata diselewengkan. Orang-orang Islam ditahan dan dihukukm, ruang gerak masyarakat sipil Muslim mulai dikikis dan dibatasi. Standar ganda Amerika dalam menyokong prinsip dan nilai dasarnya, seperti demokrasi, politik partispasi dan HAM. Ketika bersinggungan dengan dunia Muslim, maka Amerika memberlakukannya secara selektif. Hanya beberapa Negara Muslim yang oleh Amerika mendapat sokongan dengan maksud tertentu. Tuduhan senjata pemusnah massal yang dimiliki Irak ternyata tidak terbukti. Tuduhan tersebut tidak lain agar Irak bisa menerima demokrasi yang ujungnya Saddam Hussein digulingkan dari jabatannya.
Buku yang berjudul Masa Depan Islam Antara Tantangan Kemajemukan dan Benturan dengan Barat ini sangat apresiatif dan komprehensip dalam mengkritisi antara Islam dan persinggungannya dengan Barat khususnya Amerika. Mengingat masa depan Islam-Barat tetap merupakan isu penting dalam politik dan keagamaan pada abad ke-21 ini.. Masa depan Islam dan Barat bergantung pada kerjasama demi pemerintahan yang baik, saling menghormati termasuk dalam menahan dan menyinkirkan provokator serta teroris yang mengancam hubungan dunia internasional.

*Moh. Tarib adalah mahasiswa Tafsir Hadits, Fakultas Ushuluddin, Studi Agama dan Pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.