Minggu, 13 Juni 2010

Demam Berasal dari Serpihan Neraka Jahannam



A. Takhrij hadis
Terkait dengan hadis tentang demam berasal dari serpihan neraka jahannam. Dalam melakukan tahrij, penulis menggunakan Software Mausu’ah  dengan metode tahrij bil alfadz wa al maudhu’. Sehingga ditemukan 6 periwayat dengan variasi sanad dan matan yang sedikit berbeda. Berikut adalah hadis yang ditemukan dalam Shahih Bukhori, Muslim, Sunan Tirmidzi, Ibn Majah, Musnad Ahmad dan  Sunan Addarami:
a. Shahih Bukhori[1]
(3023) حدثنا مالك بن إسماعيل حدثنا زهير حدثنا هشام عن عروة عن عائشة رضي الله عنها
 : عن النبي صلى الله عليه و سلم قال ( الحمى من فيح جهنم فابردوها بالماء )
b. Shahih Muslim[2]
(4097)حدثنا أبو بكر بن شيبة وأبو كريب قالا حدثنا ابن نمير عن هشام عن أبيه عن عائشة
 : أن رسول الله صلى الله عليه و سلم قال الحمى من فيح جهنم فابردوها بالماء

c. Sunan Tirmidzi[3]
(1999)حَدَّثَنَا هَنَّادٌ حَدَّثَنَا أَبُو الأَحْوَصِ عَنْ سَعِيدِ بْنِ مَسْرُوقٍ عَنْ عَبَايَةَ بْنِ رِفَاعَةَ عَنْ جَدِّهِ رَافِعِ بْنِ خَدِيجٍ عَنِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « الْحُمَّى فَوْرٌ مِنَ النَّارِ فَأَبْرِدُوهَا بِالْمَاءِ ». قَالَ أَبُو عِيسَى وَفِى الْبَابِ عَنْ أَسْمَاءَ بِنْتِ أَبِى بَكْرٍ وَابْنِ عُمَرَ وَامْرَأَةِ الزُّبَيْرِ وَعَائِشَةَ وَابْنِ عَبَّاسٍ.
d. Sunan Ibn Majah[4]
 (3462)حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِى شَيْبَةَ حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ نُمَيْرٍ عَنْ هِشَامِ بْنِ عُرْوَةَ عَنْ أَبِيهِ عَنْ عَائِشَةَ أَنَّ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « إِنَّ الْحُمَّى مِنْ فَيْحِ جَهَنَّمَ فَابْرُدُوهَا بِالْمَاءِ ».
e. Musnad Ahmad[5]
f. Sunan Ad Darami[6]
 (2650) أَخْبَرَنَا مُحَمَّدُ بْنُ يُوسُفَ عَنْ سُفْيَانَ عَنْ أَبِيهِ عَنْ عَبَايَةَ بْنِ رِفَاعَةَ عَنْ رَافِعِ بْنِ خَدِيجٍ قَالَ قَالَ
رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- :« الْحُمَّى مِنْ فَيْحِ جَهَنَّمَ أَوْ مِنْ فَوْرِ جَهَنَّمَ ، فَأَبْرِدُوهَا بِالْمَاءِ »
B. Kritik sanad
Dari sekian hadis tentang demam berasal dari neraka jahannan, dalam tulisan ini akan mengkaji sebuah hadis yang dirwayatkan Imam Bukhori hadis no 3023.
حدثنا مالك بن إسماعيل حدثنا زهير حدثنا هشام عن عروة عن عائشة رضي الله عنها
 : عن النبي صلى الله عليه و سلم قال ( الحمى من فيح جهنم فابردوها بالماء )
Malik bin Isma’il menceritakan kepda kami, (ia berkata) Zuhair menceritakan kepada kami, (ia berkata) Hisyam menceritakan kepda kami (yang diterima) dari Urwah (yang berasal) dari ‘Aisyah ra (yang diterima) dari Nabi saw. Rasulullah saw bersabda: “Demam panas adalah dari serpihan api neraka jahannam, maka dinginkanlah dengan air.” (H.R. Bukhori)

  1. Aisyah (W. 58 H)
      Nama lengkapnya Aisyah binti Abi Bakar Asshiddiq. Beliau adalah Istri nabi Muhammad Saw dan termasuk kategori sahabat yang dikenal dengan Ummul Mukminin. Sehingga dari segi keadilannya tidak diragukan lagi sebagaimana kaidah jumhur ulama hadis, bahwa al-shahabah kulluhum ‘udul (setiap sahabat adalah adil).
      Adapun murid-murid Aisyah adalah Ibrahim bin Abdurrahman bin Abdullah bin Abi Rabiah, Ibrahim bin Yazid bin Syarik, Abu Hafshah Maula Aisyah.

  1. Urwah (W. 93 H)
      Nama lengkapnya Urwah bin Awam Kwuwailid bin Asad bin Abdul Aziz bin Qossi. Nama kunyahnya adalah Abu Abdullah, sedangkan nama laqabnya adalah tidak ditemukan . Beliau meriwayatkan hadis dari Usamah bin Zaid bin Syarhabil, Asma binti Abi Bakar As-Shiddiq, Asma binti Amis dan lain sebagainya. Adapun murid-muridnya adalah Abu Bakar bin Abdullah bin Abi al-Jahim, Abu Bakar bin Muhammad bin Umar bin Hazn, Isma’il bin Abi Hakim dan lain sebagainya. Adapun penilaian para ulama terhadap Urwah, dikemukakan oleh Azzuhri, Sufyan bin Uyainah dengan pendapatnya bahwa Urwah adalah orang yang paling mengetahui hadis dari Aisyah. Al-Ajli menilai tsiqah.
  1. Hisyam (W. 145 H)
      Nama lengkapnya adalah Hisyam bin Urwah bin Zubair bin Awam. Nama kunyahnya Abu Mundzir. Beliau berguru kepada Bakr bin Wail bin Daud, Husein bin Abdillah bin Abbas, Hafshah bin Sirin dan lain sebagainya. Sedangkan murid-muridnya ialah Aban bin Yazid, Ibrahim mbin Hamid bin Abdurrahman, Ibrahim bin Said bin Ibrahim bin Abdurrahman bin Auf dan lain sebagainya.
      Adapun penilaian para ulama al-jarh wa al-ta’dil terhadap Hisyam dikemukaka oleh Muhammad bin Said. Beliau menyatakan “tsiqah tsubut hujjah”. Sedang Ya’qub bin Sya’bah menytakannya tsiqah tsabit. Abu Hatim Ar-Razi menyatakan tsiqah fi al hadits. Ibn Hibban menyatakan bahwa hisyam adalah muttaqanan hafidz.
  1. Zuhair (W. 173 H)
      Nama lengkapnya adalah Zuhair bin Muawiyah bin Hadij. Nama kunyahnya Abu Khaitsamah. Dalam meriwayatkan hadis Zuahair banyak berguru kepada ulama seniornya antara lain: Ibrahim bin ‘uqbah Abi Iyasy, Ibrahim bin Muhajir bin Jabir, Ishaq bin Yahya bin Thalhah bin ubaidillah dan lain sebagainya. Adapun murid-muridnya adalah Ahmad bin Abdullah bin Abi Syuaib bin Muslim, Ahmad bin Abdullah bin yunus bin Abdullah bin Qais, Ahmad bin Abdullah bin Waqid  dan lain sebagainya.
      Sedangkan, pendapat ulama hadis terhadap Zuhair antara lain: Ahmad bin Hambal menyatakan من معادن الصدق . Yahya bin Muayyin Abu Zariah Ar-Razi  menyatakan tsiqah, An-Nasa’I menyatakan  tsiqah tsubut. Adapun Abu Hatim Ar-Razi menyatakan ثقة متقن .
  1. Malik bin Isma’il (W. 219 H)
      Nama lengkapnya adalah Malik bin Isma’il bin Dirham, sedangkan nama kunyahnya adalah Abu Ghasan. Dalam meriwayatkan hadis Malik belajar kepada guru-gurunya seperti Asbath bin Nasr, Israil bin Yunus bin Abi Ishaq, Jarir bin Hazm bin Zaid dan lain sebagainya.  Hadis yang diperoleh dari guru-gurunya tadi di ajarkan kepada murid-muridnya. Adapun murid-murid Malik adalah Ibrahim bin Ya’qub bin Isma’il, Ahmad bin Utsman bin hakim, Hasan bin Ali bin Muhammad dan lain sebagainya.
      Adapun pandangan para ulama jarh wa al ta’dil terhadap Malik bin Isma’il adalah sebagai berikut: Yahya bin Mu’in, beliau menilai tsiqah; Utsman bin Abi Syaibah, menilai shaduq tsabat muttaqna;  An Nasa’i, menilainya tsiqah; Abu Hatim Ar Razi, berpendapat muttaqana tsiqah. Sedangkan Al Ajli mengatakan bahwa Malik bin Isma’il adalah tsiqah shahih al kitab
      Dari penjelasan tersebut diatas dapat kiata ketahui bahwa seluruh perawi dalam sanad hadis Bukhori adalah tergolong perawi yang terpercaya atau tsiqah, karena tidak ditemukan dari pendapat ulama ahl jarh wa al ta’dil yang menganggap cacat atau men tajrih nya. Dilihat dari segi sambung tidaknya, sanad hadis tersebut bersambung dari awal sampai akhir. Hal ini dapat dilihat dari saling bertemunya antara murid dengan gurunya. Dengan demikian, dari aspek sanad, hadis ini dapat dinyatakan hadis shahih. Karena seluruh rawinya muttashil dan tsiqah (baca: adil dan dhabit) dari awal hingga akhir.

C. Kritik matan
            Dalam perspektif ilmu hadis, kritik matan baru dapat dilakukan setelah kritik sanad selesai. Dengan kata lain, setelah suatu hadis lolos dari penelitian sanadnya, maka baru dilakukan kritik matan. Sebab jika secara sanad tidak dapat dibuktikan bahwa hadis itu shahih dan  marfu’ sampai Rasulullah, maka berarti ia bukan hadis, dan sekaligus tidak perlu dilakukan kririk matan.[7]
            Matan hadis yang penulis teliti tampaknya betentangan dengan ilmu kesehatan dan logika. Secara medis, demam atau panas dalam disebabkan oleh adanya microba, bakteri, virus, atau infeksi pada bagian tubuh. Infeksi bisa diakibatkan dari lingkungan yang tidak sesuai dengan kondisi tubuh seseorang sehingga ada perbedaan suhu diluar dan di dalam tubuh manusia. Perubahan cuaca juga sangat berpengaruh terhadap kesehatan, seperti perubahan musim kemarau kemusim hujan atau dari musim hujan kemusim kemarau. Pada musim pancaroba seperti itu, membuat daya tahan tubuh seseorang mengalami penururunan sehingga kondisi tubuhnya mudah diserang penyakit. Setiap orang yang terkena infeksi, dapat dipastikan suhunya naik, sehingga demam panas menyerang tubuhnya.
            Dalam dunia  medis, salah satu untuk mengurangi rasa panas badan dianjurkan untuk meng kompres dengan air atau es di bagian dahi atau kepala. Sehingga lambat laun suhu tubuh yang belebihan bisa berkurang dan kembali pada kondisi normal.
            Permasalahannya adalah, pemaknaan dari pernyataan Nabi bahwa demam atau panas berasal dari neraka jahannam. Padahal panasnya neraka jahannam merupakan hal yang gaib atau metafisis. Mana mungkin bisa suatu yang bersifat gaib sudah ditampakkan kepada manusia (baca: sakit demam).  Sedangkan demam sendiri merupakan perkara yang riil yang dapat dirasakan oleh penderita.
            Untuk memahami lebih jauh tentang makna dan maksud hadis tersebut, perlu menggunakan beberapa pendekatan, dintaranya adalah pendekatan teologis dan tasawuf.
1.      Pendekatan teologis
        Pada dasarnya, penyakit demam diakibatkan karena tubuh terjangkit virus, microba, atau infeksi. Panas yang ditimbulkan dari demam adalah derivasi dari api neraka.[8] Manakala orang terkena infeksi atau virus yang dapat menyebabkan kekebalan tubuhnya lemah, maka pada saat itu titik api neraka ini dengan mudah menerpanya. Inilah yang dimaksudkan demam adalah percikan dari neraka. Hadis ini bertujuan untuk memberikan informasi tentang sumber panas, bukan penyebab panas.[9]
        Dalam kehidupan mansia di bumi ini, pusat energi kehidupan adalah matahari. Matahari memancarkan sinarnya sendiri dan mampu memberi cahaya bagi planet dan satelit yang mengitarinya. Namun yang menjadi pertanyaan dari manakah cahaya atau energi matahari itu sendiri. Apakah matahari memiliki komponen atau material yang mampu menciptakan energi sehingga bisa memancarkan sinar dan energi kalor. Kalau memang matahari mempunyai komponen, material atau unsur yang dapat mengehasilkan energi, kemudian dari manakah partikel-partikel, komponen, dan unsur itu. Ilmu pengetahuan belum mampu menjelaskan dari mana semaua itu berasal. Namun dengan keyakinan dan petunjuk wahyu, semua itu berasal dari Tuhan. Tuhanlah yang membuat dan mengatur energi, sehingga dari energi tersebut seluruh tatanan jagat raya ini mendapat manfaattnya.

2.      Pendekatan tasawuf
        Nabi saw menyampaikan hadis tersebut bertujuan untuk memberikan peringatan kepada orang yang sedang terserang demam agar mengambil pelajaran dari sakit yang dialaminya. Orang yang demam akan merasakan panas seluruh tubuhnya. Sehingga dengan cobaan demam tadi manusia ingat bahwa kelak akan ada yang lebih panas yang melebihi panas yang dirasakan pada waktu sakitnya. Intinya memberi peringatan bagi manusia agar selalu ingat Tuhannya.   


D. Kesimpulan
            Hadis tersebut memberikan isyarat tentang pengobatan pada masa Rasulullah. Untuk menghilangkan demam.  Rasulullah menganjurkan untuk meredamkannya dengan air. Dalam bahasa medisnya dikompres pada bagian kepala. Hal ini menunjukkan bahwa Rasulullah memiliki kemampuan mengenai cara pengobatan, yang masih relevan dengan zaman masa kini. Walaupun pada masa sekarang orang pada lari ke toko atau apotek untuk membeli obat. Tetapi dilihat dari aspek implikasi terhadap kesehatan tubuh, maka pengobatan tradisional ala Nabi ini tidak mengandung efek samping yang mengakibatkan timbulnya penyakit baru, yang diakibatkan dari obat yang mengandung bahan kimia.



[1] Dalam Shahih Bukhori ditemukan tujuh buah hadis dengan rawi yang berbeda-beda. Diantaranya adalah: Abdullah No. Hadis 3021, 3024, 5284. Rofi’ bin Khadij No. Hadis 3022, 5285. ‘Aisyah No. Hadis 3023, 5284.
[2] Dalam Shahih Muslim ditemukan 3 jalur periwayatan, diantaranya adalah: Abdullah No, Hadis 4093,4094, 4095, 4056. ‘Aisyah No. Hadis 4097. Rofi’ bin Khadij No. Hadis 4099, 4100.
[3] Dalam Sunan Tirmidzi hanya ditemukan 3 hadis diantaranya dari  Rofi’ bin Khadij No. 1999. ‘Aisyah No. 2000 dan Tsauban bin Bajdad. No. 2010.
[4] Ditemukan 4 hadis. No. 3462, 3463, 3464, 3466.
[5] Ditemukan 9 hadis. No. 2518, 4489, 5908, 20881, 21144, 21243, 23095, 23096, 23457.
[6] Ditemukan satu hadis, ktab ar Riqaaq bab al huma min faihil jahannam, no hadis. 2650.
[7] Dr. H. Abdul Mustaqim, M.A. Ilmu Ma’anil Hadits Paradigma Interkoneksi, (Yogyakarta:Idea Press, 2008), hlm. 121.
[8] Dr. Nizar Ali, Hadis Versus Sains, Memahami Hadis-Hadis Musykil, (Yogyakarta: Teras, 2008), hlm.19.
[9] Dr. Nizar Ali, Hadis Versus Sains, Memahami Hadis-Hadis Musykil, hlm. 21

Tidak ada komentar:

Posting Komentar